PELITA MAJALENGKA - Di zaman ketika segalanya bisa dipesan hanya dengan satu sentuhan layar, kecepatan menjadi ukuran nilai hidup. Makanan instan, cinta instan, popularitas instan, bahkan kesuksesan pun ingin diraih tanpa proses panjang. Dunia hari ini seolah menyanjung kecepatan lebih tinggi daripada ketulusan, dan hasil lebih mulia daripada perjalanan. Namun di tengah hiruk pikuk kehidupan yang serba cepat ini, ada satu keajaiban yang justru lahir dari kesabaran: istiqamah.
Istiqamah bukan sekadar bertahan. Ia adalah seni untuk tetap berjalan dalam arah yang benar, meski dunia berlari ke arah lain. Ia bukan tentang seberapa sering kita jatuh, tapi seberapa teguh kita bangkit dan melangkah lagi menuju ridha Allah. Dalam istiqamah, ada keindahan yang tidak bisa dibeli oleh dunia—ketenangan hati yang tumbuh karena seseorang memilih untuk setia pada nilai-nilai kebaikan, meski dunia mengoloknya sebagai keterlambatan.
Bayangkan seseorang yang terus menegakkan shalat di tengah jadwal yang padat. Atau seorang anak muda yang menundukkan pandangan di tengah derasnya godaan dunia maya. Mungkin mereka tampak biasa, tapi di sisi Allah, mereka adalah pahlawan yang tak terlihat. Karena istiqamah adalah jihad yang paling sunyi—pertempuran antara nafsu dan nurani, antara keinginan sesaat dan cita-cita kekal.
Dunia serba instan seringkali membunuh rasa syukur. Kita terbiasa mendapatkan segalanya tanpa menunggu, hingga kehilangan makna dari sebuah perjuangan. Padahal, yang membuat hidup bernilai bukanlah hasilnya, tapi prosesnya. Orang yang istiqamah mengerti bahwa keindahan hidup tidak datang dari kecepatan, tapi dari ketulusan dalam menapaki langkah demi langkah. Seperti bunga yang tak bisa mekar dalam semalam, keindahan iman pun tumbuh dari kesabaran dan pengulangan amal kecil yang dilakukan terus-menerus.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini seolah menampar keras budaya serba instan yang mencintai gebrakan sesaat tapi benci komitmen jangka panjang. Allah tidak menilai seberapa cepat kita berubah, tapi seberapa tulus kita bertahan di jalan perubahan itu.
Istiqamah adalah bukti cinta yang sejati kepada Allah. Karena yang benar-benar mencintai, tidak akan mudah berpaling meski diuji oleh rasa lelah, kecewa, atau sepi. Ia akan tetap berdiri meski dunia runtuh di sekelilingnya, sebab hatinya telah terikat dengan Yang Maha Teguh. Dalam istiqamah, ada cinta yang tenang, bukan karena tanpa ujian, tapi karena selalu kembali pada Allah di setiap ujung cobaan.
Lihatlah laut yang luas—ia tenang di permukaannya, tapi di kedalamannya menyimpan arus kuat yang tak terlihat. Begitu pula hati orang yang istiqamah. Di balik wajah yang tenang, ada perjuangan yang hebat untuk menahan diri dari godaan dunia. Di balik kesederhanaannya, ada kekuatan besar untuk terus memilih jalan yang diridhai Allah.
Sahabat, dunia akan selalu berubah, tapi kebenaran tidak pernah berganti warna. Nilai-nilai iman tidak lekang oleh waktu, hanya cara kita menghadapinya yang sering goyah. Karena itu, istiqamahlah meski dunia menertawakanmu. Tetaplah teguh dalam kebaikan meski orang lain memilih jalan pintas. Jangan iri pada mereka yang tampak cepat sukses, karena kebahagiaan sejati bukan tentang seberapa cepat kita sampai, tapi seberapa benar arah langkah kita.
Ketika orang lain sibuk mencari cara untuk viral, orang yang istiqamah mencari cara untuk diterima Allah. Ketika banyak yang rela menggadaikan prinsip demi popularitas, orang yang istiqamah rela kehilangan dunia demi menjaga hati tetap bersih. Ia tahu, dunia ini hanyalah persinggahan, dan yang abadi hanyalah bekal yang dibawa pulang ke akhirat.
Menjadi istiqamah di zaman serba instan mungkin terasa berat, tapi justru di situlah nilainya. Sebab sesuatu yang sulit, jika dijalani dengan sabar, akan menjadi sumber cahaya di hati. Tidak ada keajaiban yang lebih besar daripada hati yang tetap istiqamah dalam taat, meski setiap hari dunia menggoda untuk berhenti.
Dan pada akhirnya, istiqamah adalah bentuk keajaiban yang tak terlihat mata tapi dirasakan jiwa. Ia mengubah gelisah menjadi tenang, mengubah lelah menjadi ibadah, mengubah waktu yang panjang menjadi perjalanan penuh makna.
Maka teruslah berjalan, meski langkahmu pelan. Teruslah berdoa, meski hatimu sering lelah. Teruslah berbuat baik, meski dunia tak membalas. Karena Allah melihat setiap tetes kesungguhanmu, setiap malam di mana kau berjuang menahan diri, setiap pagi di mana kau memilih untuk tetap taat.
Sebab di dunia yang serba instan ini, mereka yang istiqamah adalah mukjizat yang masih hidup—bukti bahwa di tengah perubahan zaman, masih ada jiwa yang memilih untuk setia kepada kebenaran.[]
.jpg)