Cageur Bageur


DALAM kearifan lokal Sunda, terdapat dua kata sederhana namun sarat makna: “Cageur Bageur.” Kata ini bukan sekadar ungkapan atau basa-basi harian, tetapi mencerminkan nilai luhur yang mendalam dalam membentuk karakter manusia. 

“Cageur” berarti sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Sementara “Bageur” berarti baik hati, berakhlak mulia, dan berperilaku terpuji. Bila digabungkan, keduanya menjadi pedoman hidup yang utuh dan menyeluruh: sehat tubuhnya, sehat jiwanya, dan baik budi pekertinya.

Falsafah Cageur Bageur adalah ajakan untuk tidak hanya menjaga fisik agar kuat, tapi juga membersihkan hati agar jernih. Kita sering disibukkan oleh rutinitas yang menuntut energi, tetapi melupakan kesehatan jiwa yang justru menjadi fondasi dari segala amal. 

Cageur mengingatkan kita untuk menjaga tubuh sebagai amanah dari Tuhan—karena tubuh yang sehat adalah kendaraan untuk beribadah, berkarya, dan berbakti. Tapi kesehatan sejati tak cukup hanya dengan badan yang bugar; hati yang sakit bisa menggerogoti makna hidup lebih dalam dari penyakit fisik manapun.

Di sinilah pentingnya Bageur. Menjadi bageur bukan soal pencitraan, melainkan komitmen batin untuk senantiasa menebar kebaikan, menjadi pribadi yang lembut, jujur, amanah, dan bermanfaat bagi orang lain. 

Dalam kehidupan yang keras, sering kali orang tergoda untuk menjadi kuat dengan cara yang kasar. Tapi falsafah Bageur mengajarkan bahwa kekuatan sejati ada pada kelembutan hati, pada kesabaran menghadapi cobaan, dan pada keikhlasan memberi tanpa pamrih.

Nilai-nilai Cageur Bageur sangat relevan dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW sendiri adalah teladan manusia yang paling cageur bageur: tubuh beliau sehat, jiwa beliau tenang, dan akhlaknya agung. 

Beliau pernah bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim). Kuat secara fisik dan mental itulah bagian dari Cageur. Dan akhlak beliau yang santun, kasih sayang kepada sesama, itulah Bageur dalam makna paling paripurna.

Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan individualistik, falsafah Cageur Bageur bisa menjadi penyeimbang. Ia mengingatkan kita untuk tidak hanya mengejar kesuksesan materi, tetapi juga menumbuhkan kedamaian batin. 

Tidak hanya sehat tubuh untuk bekerja, tapi juga sehat jiwa untuk mencintai dan mengasihi. Tidak hanya berbuat baik ketika dilihat, tapi menjadi baik karena itulah panggilan hati.

Mari kita bawa kembali semangat Cageur Bageur dalam keseharian. Mulai dari menjaga pola makan, tidur yang cukup, hingga menjaga pikiran agar tetap positif. Kemudian lanjutkan dengan memperbanyak senyum, menolong orang lain, memaafkan, dan berprasangka baik. Karena dunia tidak hanya butuh orang cerdas dan kuat, tetapi juga orang-orang yang sehat lahir batin dan berhati baik.

Hirup kudu cageur, lampah kudu bageur. Hirup nu pinuh kahadéan, jadi berkah pikeun diri jeung batur.[]