PELITA MAJALENGKA - Pernahkah kita merenung di tengah malam sunyi bahwa hidup ini hanya persinggahan? Setiap nafas yang dihela sejatinya mendekatkan kita pada liang lahat. Namun anehnya, begitu banyak manusia yang lupa bahwa jabatan hanyalah titipan, bukan warisan. Mereka menggenggamnya seolah akan hidup selamanya.
Jabatan membuat seseorang dielu-elukan, padahal pujian itu sering kali palsu. Banyak yang menunduk bukan karena hormat, tapi karena takut kehilangan keuntungan. Kursi empuk kekuasaan meninabobokan, membuat lupa bahwa suatu hari akan diganti. Dan pada akhirnya, semua akan ditinggalkan tanpa pamit.
Lucunya, ada yang begitu sibuk mempertahankan jabatan sampai rela mengorbankan nilai, integritas, bahkan keluarga. Mereka pikir kekuasaan akan menutupi aib dan kesalahan. Padahal sejarah mencatat, yang lalim akan terhina, dan yang amanah akan dikenang. Bukankah hidup ini terlalu singkat untuk mempertaruhkan akhirat demi dunia?
Lihatlah pemakaman para tokoh, adakah jabatannya dikuburkan bersamanya? Semua gelar, pangkat, dan kekuasaan luruh bersama jasad yang membusuk. Yang abadi hanyalah amal, bukan posisi atau popularitas. Maka malulah kepada Allah jika jabatan dijadikan berhala dalam hati.
Jabatan itu ujian, bukan kemuliaan. Ia bisa menjadi pintu pahala tak bertepi jika dijalani dengan takut kepada Allah. Tapi bisa pula menjadi bara api yang menyala, membakar dunia dan akhirat jika dijalani dengan kesombongan. Hati-hati, kekuasaan bisa membuat seseorang tampak besar di dunia, tapi kecil di sisi Tuhan.
Apakah kita lupa bahwa jabatan itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah? Setiap keputusan, setiap anggaran, setiap janji—semua akan ditanya. Jika mulut ini bisa mengelak di dunia, maka tangan dan kaki akan bersaksi di akhirat. Dan saat itu, tidak ada buzzer yang bisa membela.
Wahai para pejabat, jangan terlalu bangga dengan kendaraan dinas dan rumah mewah. Karena itu semua akan menjadi saksi diam atas apa yang kalian perbuat. Lebih baik menangis sekarang karena takut kepada Allah, daripada menjerit nanti saat azab datang tanpa ampun. Dunia ini singkat, dan jabatan lebih singkat dari kelopak mata yang berkedip.
Ingatlah, bukan durasi jabatan yang penting, tapi apa yang ditanamkan selama menjabat. Apakah keadilan? Apakah kebaikan? Ataukah justru ketakutan dan kezaliman? Karena rakyat mungkin diam, tapi langit mencatat segalanya.
Berbuatlah seolah hari ini adalah hari terakhir menjabat, bahkan hari terakhir hidup. Karena kita tak pernah tahu, kapan ajal menjemput di tengah sorotan kamera dan pujian manusia. Jangan sampai kita wafat dalam keadaan masih mencintai kekuasaan lebih dari kebenaran. Sungguh, itu kematian yang menyedihkan.
Wahai pemilik jabatan, mari kita tundukkan hati dan merunduk pada kenyataan bahwa semua ini akan berakhir. Semakin tinggi posisi, semakin dalam lubang pertanggungjawabannya. Maka jangan sombong, jangan lalai, jangan korupsi, jangan khianat. Karena hidup ini sementara, dan jabatan… jauh lebih sementara.[BA]