Berjilbab Tapi Telanjang: Realita Tragis Akhir Zaman


PELITA MAJALENGKA
Di akhir zaman ini, fenomena memilukan semakin nyata—wanita muslim mengenakan jilbab, namun hakikatnya mereka masih telanjang. Rasulullah SAW telah mengabarkan, “Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat… wanita-wanita berpakaian tetapi telanjang...” (HR. Muslim). Jilbab yang semestinya menjadi pelindung, kini justru menjadi pelengkap gaya, bukan penjaga kehormatan. Sungguh ironi, ketika syariat hanya dijadikan aksesoris hidup, bukan komitmen kepada Allah.

Jilbab syar’i adalah kewajiban, bukan pilihan. Allah Ta'ala berfirman, "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'" (Qs. Al-Ahzab: 59). Namun kini, banyak yang mengaku berhijab, tapi menampakkan bentuk tubuh, berpakaian ketat, dan berhias mencolok. Ini bukan perlindungan, tapi malah mengundang fitnah dan bahaya.

Wahai wanita muslimah, sadarlah bahwa auratmu bukan untuk diumbar di depan publik. Ketika tubuhmu menjadi konsumsi pandangan yang tidak halal, maka bukan hanya dirimu yang terjerumus, tapi juga para lelaki yang memandangmu. Rasulullah SAW bersabda: “Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis.” (HR. Al-Hakim). Maka lindungilah dirimu dengan hijab yang benar, bukan dengan busana trendi yang melanggar batas.

Bukan hanya tubuh yang harus ditutupi, tapi juga niat yang harus diluruskan. Jangan berjilbab karena tren atau ingin terlihat modis di media sosial. Allah mengetahui segala yang tersembunyi di dada, sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (Qs. Al-Hadid: 6). Maka jadikan jilbab sebagai bukti ketaatan, bukan ajang pamer kecantikan yang terselubung.

Berjilbab bukan hanya tentang kain yang menutupi rambut, tapi tentang kesucian dan kehormatan yang dijaga. Jilbab syar’i adalah simbol taqwa, bukan sekadar pelindung dari panas dan debu. Allah berfirman, "Dan pakaian takwa itulah yang paling baik." (Qs. Al-A’raf: 26). Maka hiasi dirimu dengan rasa malu dan takut kepada Allah dalam setiap langkahmu di muka bumi ini.

Wanita yang berjilbab syar’i adalah benteng terakhir umat ini. Jika mereka rusak, maka rusaklah generasi. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Jika aurat sang ibu diumbar tanpa rasa malu, bagaimana ia akan mendidik anak-anak mencintai kesucian? Mari renungkan, apakah kita sedang membangun atau justru menghancurkan generasi penerus?

Saudariku, jangan tunggu tua untuk taat. Karena ajal tidak pernah menunggu kesiapan kita. Berapa banyak wanita yang wafat dalam keadaan belum berhijab sempurna, dalam kondisi berpakaian tetapi telanjang? Rasulullah SAW bersabda, “Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan saat dia wafat.” (HR. Muslim). Maka pilihlah kematian dalam keadaan taat, bukan dalam maksiat.

Ketahuilah, syariat Allah diturunkan bukan untuk membatasi kebebasan, tapi untuk menjaga kehormatan. Dunia boleh mencibir, tapi surga adalah balasan terbaik bagi yang teguh memegang prinsip iman. Allah berjanji, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan.” (Qs. Ath-Thur: 17). Maka jangan tukar jilbab syar’i dengan pandangan dunia yang menyesatkan.

Jangan bangga dengan pujian manusia, tapi cari ridha Allah dalam setiap keputusanmu. Berhijab syar’i mungkin tidak membuatmu viral, tapi akan membuatmu mulia di sisi Rabbmu. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mencari ridha Allah meskipun membuat manusia murka, maka Allah akan ridha padanya dan menjadikan manusia pun ridha kepadanya.” (HR. Tirmidzi). Maka tetaplah tegar di jalan kebenaran meski dunia menentangmu.

Wahai muslimah akhir zaman, bangkitlah dari kelalaian. Tinggalkan hijab tipis yang transparan, pakaian ketat yang menampakkan lekuk tubuh, dan niat yang ternodai riya. Jadilah perhiasan paling indah di muka bumi, karena Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim). Hijabmu bukan sekadar kain, tapi benteng dirimu menuju surga yang abadi.[BA]