Surga Gratis Tapi Sepi Peminat, Neraka Mahal Tapi Ramai Pendaftar


PELITA MAJALENGKA
Betapa aneh perilaku manusia di zaman ini. Kita melihat fakta yang mencengangkan: dosa-dosa besar justru begitu diminati. Padahal untuk melakukannya sering kali memerlukan modal, keberanian, bahkan risiko besar. Perhatikanlah fenomena zina — untuk berzina, seseorang harus menyediakan tempat, uang, waktu, dan tenaga.

Itu belum termasuk biaya "kencan", penampilan, atau bahkan risiko penyakit dan kehancuran rumah tangga. Belum lagi minuman keras — mahal, merusak tubuh, dan membuat hilang kesadaran. Tapi ironisnya, semua itu tetap ramai peminat. Diskotik penuh, klub malam tak pernah sepi, bahkan berbagai aplikasi digital kini jadi ladang subur dosa yang terang-terangan.

Mengapa bisa begitu? Karena manusia telah tertipu oleh dunia. Allah SWT sudah memperingatkan dalam Al-Qur’an, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga).” (Qs. Ali Imran: 14)

Manusia terjebak pada keindahan sementara. Neraka tidak tampak di hadapan mata, sehingga mereka mengira belum nyata. Mereka lupa bahwa jalan menuju neraka itu dihiasi dengan hal-hal yang menyenangkan hawa nafsu, padahal itu adalah jebakan yang mengantarkan kepada kebinasaan.

Rasulullah SAW bersabda, “Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan (bagi hawa nafsu), sedangkan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan (bagi hawa nafsu).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa tepat sabda Nabi ini menggambarkan situasi hari ini. Jalan ke neraka terasa menggoda dan menyenangkan. Itulah mengapa banyak manusia yang rela membayar mahal demi mengikuti jalan itu. Mereka rela mengeluarkan uang untuk konser maksiat, untuk pakaian-pakaian tak pantas, bahkan berjudi hingga bangkrut. Semua dilakukan dengan ringan hati, tanpa merasa berdosa. Inilah fenomena kebutaan hati — ketika seseorang sudah tidak bisa membedakan antara baik dan buruk, halal dan haram, indah dan rusak.

Padahal semua itu akan berujung pada penyesalan. Mereka membeli tiket ke neraka dengan harga tinggi, tapi tetap melangkah seolah tak ada yang salah. Bukankah ini ironis? Bukankah ini tanda zaman telah terbalik?

Surga Itu Gratis, Tapi Mengapa Sedikit yang Mau?

Sebaliknya, lihatlah jalan menuju surga. Allah menjanjikan surga bagi siapa saja yang mau tunduk dan taat kepada-Nya. Shalat lima waktu? Tidak dipungut biaya. Puasa Ramadhan? Tidak perlu bayar. Membaca Al-Qur’an? Gratis. Bahkan tersenyum kepada saudaramu saja sudah bernilai sedekah. Tapi mengapa hanya segelintir yang melakukannya dengan sungguh-sungguh?

Surga memang mudah diakses, tapi tidak semua hati memiliki "sinyal iman" untuk menangkapnya. Banyak manusia yang tidak mampu menundukkan hawa nafsunya. Mereka menganggap shalat itu berat, padahal hanya beberapa menit. Mereka menganggap puasa itu menyiksa, padahal banyak manfaatnya untuk tubuh dan jiwa. Mereka malas mengaji, padahal dalam setiap hurufnya ada pahala.

Mengapa bisa begitu? Karena hati telah tertutup oleh dunia. Karena keimanan tidak dipupuk. Karena kesibukan dunia dianggap lebih penting daripada mencari ridha Allah. Mereka lupa bahwa hidup di dunia hanya sebentar, dan kehidupan akhirat adalah selamanya.

Allah SWT berfirman, “Tetapi kamu lebih mengutamakan kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Al-A’la: 16–17)

Manusia yang bijak adalah mereka yang berpikir jauh ke depan — bukan hanya akhir bulan, tapi juga akhirat. Mereka yang tahu bahwa investasi terbaik adalah amal saleh. Mereka sadar bahwa surga bukanlah hasil kebetulan, tapi hasil perjuangan.

Surga tidak memerlukan biaya, tapi memerlukan kesungguhan. Surga tidak mahal secara materi, tapi mahal secara spiritual. Butuh kesabaran, keikhlasan, dan ketundukan. Tapi justru karena itu, banyak yang enggan mengejarnya.

Allah menjanjikan kepada siapa saja yang bersungguh-sungguh, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. Al-Ankabut: 69)

Jadi, sesungguhnya peluang masuk surga terbuka lebar. Tapi yang membuatnya sepi peminat adalah karena surga tidak bisa dimasuki oleh mereka yang malas, arogan, atau rakus dunia.

Saudaraku, hidup hanya sekali. Dan hidup yang sekali ini adalah ujian. Jangan sampai kita tertipu oleh indahnya dunia lalu membeli tiket neraka dengan harga mahal. Jangan sampai kita menyia-nyiakan peluang masuk surga yang begitu murah meriah. Dunia ini hanya ladang. Yang kita tanam hari ini, akan kita panen di akhirat.

Sungguh, Islam itu mudah. Tapi hanya bagi mereka yang benar-benar mau tunduk. Islam itu damai. Tapi hanya bagi mereka yang mau membuka hati. Dan surga itu dekat. Tapi hanya bagi mereka yang bersungguh-sungguh.

Mari kita buka mata dan hati. Jangan sampai tertukar antara jalan surga dan jalan neraka. Jangan sampai kita menjadi orang yang menyesal di akhirat hanya karena terlalu nyaman hidup di dunia. Saatnya kita ubah arah. Kita perbanyak ibadah. Kita isi hidup dengan amal saleh. Karena surga menanti mereka yang layak — bukan karena bayarannya, tapi karena ketaatannya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang memilih jalan yang benar, dan istiqamah sampai akhir hayat. Aamiin.[]