PELITA MAJALENGKA - Di zaman yang serba terbuka ini, dosa yang dulu dianggap aib kini justru dinormalisasi. Salah satunya adalah selingkuh. Dulu, ketika seseorang ketahuan mengkhianati pasangannya, rasa malu akan menutup wajahnya, air mata keluarganya tumpah, dan masyarakat akan menegur keras.
Allah ﷻ berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Selingkuh adalah langkah awal menuju zina. Ia dimulai dari pandangan yang dibiarkan, percakapan ringan yang terus berlanjut, hingga hati yang perlahan berpaling dari pasangan halal. Inilah jebakan syaitan yang halus — tidak langsung mengajak berzina, tetapi menumbuhkan rasa nyaman di luar ikatan suci.
Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah syaitan.” (HR. Tirmidzi). Maka ketika seseorang membiarkan hatinya terbuka kepada yang bukan pasangan sahnya, sejatinya ia sedang membuka pintu dosa.
Betapa banyak rumah tangga yang hancur karena selingkuh. Anak-anak kehilangan teladan, pasangan kehilangan kepercayaan, dan cinta suci berubah menjadi luka yang dalam. Hanya karena ego dan nafsu sesaat, seseorang rela mengkhianati janji yang pernah ia ucapkan di hadapan Allah. Padahal pernikahan adalah ‘mitsaqan ghaliza’ — perjanjian yang kokoh, bukan permainan hati yang bisa ditukar sewaktu-waktu.
Selingkuh tidak hanya dosa sosial, tapi juga dosa spiritual. Ia menunjukkan lemahnya iman dan hilangnya rasa takut kepada Allah. Orang yang selingkuh mungkin merasa tak ada yang tahu, tapi Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi di balik layar dan pesan rahasia. Ingatlah firman-Nya, “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Ghafir: 19)
Ketika seseorang benar-benar sadar bahwa Allah selalu melihatnya, ia akan malu untuk berkhianat. Ia akan menjaga hatinya agar tidak tergelincir, menjaga pandangannya agar tidak terpesona, dan menjaga lisannya agar tidak berbicara manis kepada yang bukan mahramnya.
Sahabat, jika engkau pernah tergoda atau terlanjur jatuh dalam dosa ini, jangan berputus asa. Pintu taubat selalu terbuka. Menangislah di hadapan Allah, bukan di pelukan orang yang bukan pasanganmu. Kembalilah kepada-Nya sebelum semuanya terlambat. Karena yang Allah cintai bukanlah orang yang tak pernah salah, tapi mereka yang bertaubat dengan tulus.
Selingkuh mungkin terasa manis di awal, tapi akhirnya pahit tak terhingga. Ia meninggalkan bekas luka yang sulit disembuhkan, dosa yang menumpuk, dan rasa sesal yang menghantui. Maka jagalah hati sebelum ia berpaling, jagalah cinta sebelum ia hancur, dan jagalah iman sebelum ia pudar.
Cinta sejati tidak butuh pelarian, tapi kesetiaan. Karena cinta yang diridhai Allah bukan yang dicuri dari kebahagiaan orang lain, tapi yang tumbuh dalam kejujuran dan ketulusan di bawah ridha-Nya. Jangan biarkan dosa menjadi hal biasa — karena yang biasa-biasa itulah yang akhirnya membinasakan.[]
