Seorang wanita shalihah tidak akan membiarkan dirinya terperosok ke dalam kubangan yang menipu ini. Ia menjaga kehormatannya, karena ia tahu, dirinya adalah perhiasan paling berharga yang tidak boleh dipermainkan oleh tangan-tangan yang belum halal.
Wanita shalihah memahami bahwa cinta sejati hanya pantas tumbuh dalam ikatan suci pernikahan. Ia tidak butuh janji manis yang dilontarkan di balik layar telepon, atau kata-kata mesra yang terbungkus dusta. Sebab, ia tahu betul bahwa cinta yang tak disandarkan pada ridha Allah hanyalah fatamorgana. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (Qs. Al-Isra: 32)
Pacaran adalah jalan yang mengantarkan pada zina, meski diawali dengan obrolan ringan, tatapan singkat, atau pertemuan yang dianggap sepele. Wanita shalihah sadar, menjaga diri sejak awal adalah bentuk ketaatan yang kelak akan menyelamatkannya.
Wanita shalihah itu berbeda. Ia tidak mudah tergoda dengan gombalan. Ia tidak haus perhatian laki-laki. Sebab, ia tahu bahwa harga dirinya terlalu mahal untuk ditukar dengan cinta semu. Ia ingin menjadi seperti Maryam, wanita suci yang Allah muliakan namanya di dalam Al-Qur’an. Ia ingin seperti Khadijah, istri Nabi yang setia, yang cintanya kokoh karena lahir dari ikatan halal.
Saat teman-teman sebaya sibuk mencari pengakuan lewat status “berpacaran”, wanita shalihah memilih menundukkan pandangan. Ia tidak ingin hatinya menjadi ladang permainan syaitan. Ia tidak ingin dirinya menjadi bahan kenangan murahan bagi laki-laki yang belum tentu menjadi suaminya. Ia menutup jalan dosa itu dengan menjaga hijab lahir dan batin.
Namun, jangan salah. Bukan berarti wanita shalihah itu kaku, dingin, atau tidak tahu rasa cinta. Justru ia adalah wanita yang paling memahami makna cinta sejati. Ia menyimpan rasa cintanya dalam doa, bukan dalam obrolan tengah malam yang penuh godaan.
Ia menitipkan rindunya kepada Allah, bukan kepada lelaki asing yang masih belum jelas arah hidupnya. Ia yakin, jika memang seseorang ditakdirkan untuknya, Allah akan mempertemukannya di jalan yang halal, penuh berkah, dan diridai.
Wanita shalihah itu tegar, meski dunia menertawakan pilihannya. Ia tidak peduli disebut “kolot”, “terlalu alim”, atau “ketinggalan zaman”. Karena ia tahu, kemuliaan tidak diukur dari komentar manusia, melainkan dari pandangan Allah.
Ia lebih memilih menjaga dirinya daripada menyesal di kemudian hari. Betapa banyak wanita yang menangis setelah cintanya ternoda, setelah janji manis lelaki hanya menyisakan luka.
Sesungguhnya, menjaga diri dari pacaran adalah bentuk kasih sayang wanita shalihah kepada dirinya sendiri. Ia ingin menyambut pernikahan dengan hati yang bersih, jiwa yang tenang, dan cinta yang murni. Ia ingin menghadiahkan seluruh cintanya hanya untuk suami yang halal, bukan sisa-sisa perasaan yang sudah terbagi-bagi.
Maka wahai wanita muslimah, jagalah dirimu. Jangan pernah merasa minder karena tidak punya pacar. Justru engkau sedang menjaga mutiara hatimu dari tangan-tangan yang tidak pantas. Jadilah wanita yang menundukkan pandangan, menjaga kehormatan, dan menyiapkan dirimu untuk menjadi istri sekaligus ibu yang diridai Allah.
Wanita shalihah itu tidak pacaran. Ia menunggu dengan sabar, berdoa dengan tulus, dan memperbaiki diri setiap hari. Karena ia yakin, cinta sejati tidak perlu dicari dengan cara yang haram. Cinta sejati akan datang, ketika waktunya tiba, dengan restu Allah yang Maha Menyatukan hati.[BA]