Pacaran Bukan Bukti Sayang, Tapi Jalan Menuju Lupa Diri


PELITA MAJALENGKA
- Banyak muslimah muda yang mengira bahwa pacaran adalah bukti cinta sejati. Padahal, cinta yang dibungkus pacaran hanyalah jebakan yang penuh dengan tipu daya syaitan. Ia terlihat indah di awal, namun menyimpan luka dalam perjalanan panjangnya. Bukankah sejatinya cinta suci hanya akan tumbuh indah dalam ikatan halal bernama pernikahan?

Pacaran sering dianggap jalan untuk saling mengenal pasangan lebih jauh. Namun, nyatanya pacaran justru membuka pintu dosa yang merusak hati dan meruntuhkan kehormatan. Janji manis yang diucapkan saat pacaran seringkali hanya sebatas ilusi yang tak pernah terbukti. Maka, adakah kebaikan yang benar-benar lahir dari jalan yang Allah larang?

Sayang bukan berarti menggenggam tangan seseorang sebelum halal. Sayang bukan berarti menghabiskan waktu berdua dengan alasan saling memahami. Sayang sejati adalah menjaga diri dari perbuatan yang mendekati zina. Justru dengan pacaran, seorang muslimah sedang menjerumuskan dirinya pada jurang lupa diri.

Allah telah memperingatkan dalam Al-Qur’an, “Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32). Kalimat “jangan mendekati” saja sudah menunjukkan betapa bahayanya langkah awal yang mengarah ke sana. Pacaran adalah salah satu bentuk langkah mendekati zina. Maka jelas, ia bukan jalan cinta, tapi jalan sengsara.

Cinta yang sejati bukanlah cinta yang menodai iman. Cinta sejati adalah yang menuntun seseorang untuk semakin dekat dengan Allah, bukan justru melalaikan. Jika seorang lelaki benar-benar menyayangi seorang muslimah, ia akan mendekatinya dengan cara yang terhormat. Ia akan datang ke keluarganya, bukan mengajaknya berkencan sembunyi-sembunyi.

Banyak muslimah yang akhirnya menangis setelah pacaran berakhir. Mereka merasa telah memberi segalanya, tapi justru ditinggalkan tanpa kepastian. Inilah salah satu bukti bahwa pacaran hanya memberikan luka, bukan kebahagiaan abadi. Jalan yang salah tidak akan pernah membawa ke tujuan yang benar.

Lupa diri adalah saat seorang muslimah tidak lagi bisa membedakan mana cinta dan mana nafsu. Ia merasa dicintai, padahal sedang dipermainkan oleh rayuan kosong. Lupa diri adalah saat ia rela mengorbankan kehormatannya demi janji yang tak pasti. Dan itulah yang paling sering terjadi dalam pacaran.

Pacaran juga membuat seorang muslimah kehilangan arah hidup. Ia lebih sibuk memikirkan pesan singkat, telepon, dan janji bertemu, daripada menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Ia lebih bersemangat mempercantik diri demi lelaki yang bukan mahramnya, daripada memperindah akhlak di hadapan Allah. Perlahan, pacaran membuat seorang muslimah jauh dari tujuan hidup sejati.

Sebaliknya, muslimah yang menjaga diri dari pacaran akan selalu berada dalam lindungan Allah. Ia tahu bahwa harga dirinya lebih mulia daripada sekadar jadi hiburan sesaat. Ia menunggu dengan sabar, karena yakin Allah telah menyiapkan jodoh terbaik. Kesabaran inilah yang akan melahirkan cinta suci dalam ridha Ilahi.

Kita perlu sadar bahwa pacaran hanyalah budaya asing yang merusak generasi muslim. Rasulullah ﷺ tidak pernah mengajarkan cinta lewat pacaran. Beliau mengajarkan kesucian hati, penjagaan pandangan, dan menempuh jalan halal. Maka seorang muslimah mulia adalah yang berani berkata “tidak” pada pacaran.

Muslimah yang menolak pacaran bukan berarti tidak butuh cinta. Ia hanya paham bahwa cinta yang benar harus datang pada waktu dan cara yang tepat. Cinta itu bukan diburu dengan maksiat, tapi dinanti dalam kesucian. Inilah bukti kecerdasan iman dan kekuatan hati seorang muslimah sejati.

Jangan biarkan rayuan “pacaran kan bukti sayang” memperdaya hati. Bukti sayang yang sebenarnya adalah menjaga, bukan merusak. Bukti cinta yang sejati adalah mendekatkan pada Allah, bukan menjauhkan dari-Nya. Pacaran tidak pernah jadi bukti sayang, ia hanya jalan menuju lupa diri.

Muslimah yang menjaga kehormatan dirinya kelak akan berbangga saat Allah mempersatukannya dengan pasangan yang halal. Ia tidak membawa penyesalan masa lalu, hanya kesucian yang indah untuk dibagikan. Dan lelaki yang benar-benar baik akan lebih menghargai muslimah yang menjaga dirinya. Karena ia tahu, menjaga diri adalah bukti keteguhan iman.

Jika saat ini ada yang masih terjerat dalam pacaran, segeralah berhenti. Taubat selalu terbuka lebar, sebelum semuanya terlambat. Allah Maha Penerima Taubat, bahkan dari dosa yang paling besar sekalipun. Jangan biarkan masa muda terbuang sia-sia hanya untuk hubungan yang berujung luka.

Mari, wahai muslimah, jadilah pribadi yang kuat, yang tak mudah terbawa arus. Ingatlah bahwa cinta sejati akan datang di waktu yang tepat dengan cara yang halal. Pacaran bukan bukti sayang, tapi jalan menuju lupa diri dan kehinaan. Sementara menjaga diri adalah bukti cinta pada Allah dan pada dirimu sendiri.[BA]