Pelita Hati

PELITA MAJALENGKA - 
Setiap manusia pada dasarnya membawa sebuah pelita di dalam hatinya. Pelita itu adalah cahaya kecil yang diberikan Allah agar kita mampu menapaki jalan hidup. Ada yang merawatnya hingga cahayanya semakin terang, tetapi ada pula yang membiarkannya redup karena tertutup debu dosa, kesombongan, dan kelalaian.

Pelita hati bukanlah cahaya biasa. Ia adalah sinar fitrah yang selalu mengingatkan kita untuk kembali pada kebaikan. Saat hati gelap oleh dunia, pelita itu seakan berbisik: “Kembalilah pada Allah, hanya di sana engkau menemukan tenang.” Namun seringkali manusia menutup telinga dan mata batinnya, lebih memilih kerlip semu dunia daripada cahaya yang abadi.

Allah berfirman, “Allah adalah cahaya langit dan bumi.” (QS. An-Nur: 35)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa sejatinya sumber cahaya hati hanyalah Allah. Jika kita dekat dengan-Nya, hati akan terang benderang. Jika kita jauh dari-Nya, hati akan gelap gulita.

Pelita hati dapat menyala kuat dengan zikir, doa, tilawah, dan amal saleh. Setiap sujud yang kita lakukan adalah bahan bakar bagi pelita itu. Setiap kali lidah berucap subhanallah, alhamdulillah, Allahu akbar, nyala cahaya itu semakin terang. Namun jika kita lalai, malas beribadah, dan sibuk mengejar dunia, pelita itu akan redup, bahkan padam.

Renungkanlah, berapa kali kita lebih sibuk dengan urusan dunia daripada berbicara dengan Allah? Berapa kali kita menukar cahaya dengan gelap hanya demi kesenangan sesaat? Bukankah dunia hanyalah fatamorgana, sedangkan akhirat adalah cahaya yang sejati?

Pelita hati juga butuh kejujuran. Hati yang penuh dusta akan tertutup kabut hitam. Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya jika seorang hamba melakukan satu dosa, maka titik hitam akan muncul di hatinya. Jika ia bertaubat, hatinya kembali bening. Jika ia terus berbuat dosa, titik hitam itu semakin banyak hingga menutupi hatinya." (HR. Tirmidzi)

Maka jangan biarkan pelita hati kita dipadamkan noda yang kita buat sendiri. Sesekali berhentilah dari hiruk pikuk dunia, duduklah merenung, tanyakan pada diri, “Apakah pelitaku masih menyala?”

Saudaraku, hidup ini terlalu singkat untuk membiarkan hati gelap. Terlalu singkat untuk menunda taubat. Mari jaga pelita hati kita dengan iman, sirami dengan dzikir, dan terangi dengan amal saleh. Jika cahaya itu terus bersinar, insya Allah ia akan menuntun kita hingga langkah terakhir menuju surga-Nya.

Pelita hati adalah anugerah. Jagalah ia sebelum padam.[]