Jejak Kebaikan

PELITA MAJALENGKA
- Setiap langkah hidup manusia akan meninggalkan jejak, entah jejak kebaikan atau jejak keburukan. Jejak itu tidak akan hilang meski jasad sudah terkubur. Allah ﷻ berfirman,  "Dan Kami mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan jejak-jejak yang mereka tinggalkan." (Qs. Yasin: 12).

Ayat ini menegaskan bahwa setiap amal dan pengaruhnya, baik ataupun buruk, akan tercatat abadi di sisi Allah.

Seorang mukmin yang cerdas tidak hanya beramal untuk dirinya sendiri, tetapi juga berusaha meninggalkan jejak kebaikan yang bermanfaat setelah ia wafat. Rasulullah ﷺ bersabda, "Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim).

Betapa indahnya jika seseorang meninggalkan dunia, namun doa orang-orang terus mengalir untuknya, ilmu yang ia ajarkan tetap dipelajari, atau sedekah yang ia tanam tetap memberi manfaat. Itu adalah jejak kebaikan yang tak pernah padam.

Para ulama menegaskan pentingnya berfikir jauh ke depan tentang bekal amal. Imam Al-Ghazali berkata, “Hidup ini ibarat ladang, dan kematian adalah panen. Barangsiapa menanam kebaikan, ia akan memanennya; barangsiapa menanam keburukan, ia pun akan memanennya.” Kalimat ini mengingatkan kita untuk menanam jejak amal saleh sejak dini.

Jejak kebaikan tidak selalu berupa harta besar atau amal spektakuler. Senyuman yang tulus, nasihat yang menyejukkan, membantu orang dalam kesulitan, hingga doa yang dipanjatkan diam-diam untuk saudara seiman—semua itu bisa menjadi cahaya yang Allah abadikan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun hanya dengan bertemu saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim).

Namun, kita juga harus waspada. Jejak keburukan pun akan tercatat, dan pengaruhnya akan menjerumuskan kita meski kita telah tiada. Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang memberi teladan yang buruk dalam Islam, lalu diamalkan setelahnya, maka baginya dosa dan dosa orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR. Muslim). Na‘udzubillāh, betapa meruginya orang yang meninggalkan warisan dosa.

Karena itu, mari kita memilih dengan sadar: ingin meninggalkan dunia dengan jejak kebaikan yang terus mengalir, atau meninggalkan jejak keburukan yang menjadi beban di akhirat. Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan, “Hidup yang sebenarnya adalah hidup setelah mati. Maka perbaikilah hidupmu untuk kehidupanmu yang abadi.”

Semoga Allah menjadikan langkah-langkah kita sebagai jalan menuju ridha-Nya, menjadikan setiap kata kita sebagai cahaya, dan setiap amal kita sebagai jejak kebaikan yang tak pernah terhapus.[]