Mengapa Betis Disebut Jantung Kedua Manusia?


PELITA MAJALENGKA - 
Tubuh manusia adalah sistem yang luar biasa rumit, di mana setiap organ dan bagian memiliki peran penting untuk menjaga kehidupan. Salah satu organ vital adalah jantung, yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Namun, dalam dunia kesehatan dikenal istilah "jantung kedua manusia" yang ternyata ada pada betis. Julukan ini bukan sekadar ungkapan, tetapi memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Betis disebut jantung kedua karena otot-otot yang ada di sana memiliki peran besar dalam mengalirkan darah kembali ke jantung. Jika jantung bertugas memompa darah ke seluruh tubuh melalui arteri, maka otot betis membantu memompa darah dari bagian bawah tubuh—khususnya kaki—kembali menuju jantung melalui vena. Mekanisme ini sangat penting, terutama karena darah harus melawan gravitasi untuk bisa kembali ke pusat tubuh.

Secara anatomi, otot betis terdiri dari dua otot utama, yaitu otot gastrocnemius dan soleus. Ketika seseorang berjalan, berlari, atau bahkan sekadar menggerakkan kaki, otot-otot ini berkontraksi dan menekan pembuluh darah vena yang ada di betis. Tekanan ini mendorong darah mengalir ke atas menuju jantung. Proses inilah yang membuat betis berperan seperti pompa tambahan bagi tubuh.

Di dalam pembuluh darah vena terdapat katup-katup kecil yang berfungsi mencegah darah mengalir ke arah bawah. Jadi, ketika otot betis berkontraksi, darah terdorong ke atas, dan katup vena akan menutup agar darah tidak kembali turun. Kombinasi kontraksi otot betis dan kerja katup vena inilah yang menciptakan sistem sirkulasi balik yang efisien.

Mengapa betis mendapat julukan khusus ini? Karena tanpa peran aktif otot betis, darah dari kaki akan sulit naik ke jantung. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya penumpukan darah di tungkai, pembengkakan, varises, hingga masalah kesehatan serius seperti deep vein thrombosis (DVT). Itulah sebabnya para ahli menyebut betis sebagai jantung kedua, karena fungsinya sangat vital dalam menjaga kelancaran sirkulasi darah.

Perumpamaan ini juga mengajarkan kita bahwa kesehatan jantung tidak hanya ditentukan oleh organ jantung itu sendiri, tetapi juga sangat bergantung pada kesehatan otot-otot kaki, khususnya betis. Seseorang yang terlalu sering duduk atau berdiri lama tanpa bergerak akan mengalami stagnasi aliran darah di kaki, sehingga berisiko mengalami berbagai masalah vaskular.

Aktivitas sederhana seperti berjalan kaki, naik tangga, atau melakukan peregangan dapat memperkuat otot betis. Dengan demikian, "pompa alami" pada betis akan bekerja lebih baik. Ini menunjukkan bahwa gaya hidup aktif bukan hanya baik untuk kesehatan fisik secara umum, tetapi juga secara khusus berpengaruh pada sistem peredaran darah.

Dalam dunia medis, kondisi lemahnya fungsi otot betis bahkan bisa dianggap sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular. Sebab, jika aliran balik darah ke jantung terhambat, maka sirkulasi darah akan terganggu dan jantung harus bekerja lebih keras. Lama-kelamaan, hal ini dapat membebani jantung dan memicu gangguan serius.

Menariknya, penelitian juga menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif menggunakan otot betis dalam aktivitas sehari-hari—misalnya dengan berjalan kaki atau bersepeda—memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit pembuluh darah vena. Hal ini membuktikan betapa pentingnya menjaga kekuatan otot betis untuk kesehatan jangka panjang.

Betis juga menjadi bagian tubuh yang sering diabaikan dalam latihan kebugaran. Banyak orang lebih fokus melatih otot dada, lengan, atau perut, padahal otot betis sama pentingnya. Melatih betis bukan hanya untuk keindahan bentuk kaki, tetapi juga sebagai investasi kesehatan jantung dan sistem sirkulasi darah.

Selain olahraga, menjaga hidrasi tubuh juga berperan dalam mendukung fungsi betis sebagai jantung kedua. Darah yang lebih encer dan lancar akan lebih mudah dipompa ke atas oleh kontraksi otot betis. Sebaliknya, dehidrasi bisa membuat darah lebih kental dan alirannya terhambat.

Fenomena betis sebagai jantung kedua juga menjelaskan mengapa dalam dunia medis sering disarankan untuk melakukan "senam kaki" bagi pasien yang harus berbaring lama. Gerakan sederhana seperti menggerakkan pergelangan kaki ke atas dan ke bawah dapat membantu otot betis bekerja, sehingga aliran darah tetap lancar.

Masalah kesehatan seperti varises, kram malam hari, atau pembengkakan kaki sering kali merupakan tanda bahwa "jantung kedua" kita tidak bekerja optimal. Karena itu, menjaga kesehatan betis sama pentingnya dengan menjaga kesehatan jantung. Keduanya saling mendukung untuk menciptakan sistem peredaran darah yang sehat.

Dengan memahami peran betis sebagai jantung kedua, kita bisa lebih menghargai betapa luar biasanya ciptaan Allah pada tubuh manusia. Setiap bagian tubuh memiliki fungsi yang saling melengkapi. Kaki yang kuat dan sehat bukan hanya memudahkan kita bergerak, tetapi juga menjaga kehidupan kita tetap berjalan dengan lancar.

Kesimpulannya, betis disebut jantung kedua karena peran vitalnya dalam memompa darah kembali ke jantung, melawan gravitasi. Tanpa kerja otot betis, aliran darah akan terganggu dan berbagai penyakit bisa muncul. 

Oleh karena itu, mari kita rawat betis kita dengan berolahraga, menjaga pola hidup sehat, dan tetap aktif bergerak. Ingat, menjaga jantung bukan hanya soal organ di dada, tetapi juga soal otot di betis yang setia membantu setiap detik kehidupan kita.[BA]