Konten Halal Harus Viral: Saatnya Jadi Mujahid Medsos!


PELITA MAJALENGKA - 
Di tengah derasnya arus informasi yang membanjiri media sosial setiap detik, kita dihadapkan pada dua pilihan: menjadi bagian dari gelombang yang menyesatkan atau menjadi cahaya penunjuk jalan di tengah kegelapan. 

Saat ini, konten-konten haram, destruktif, vulgar, dan tak bermoral begitu mudah viral, merambah ke layar-layar anak muda, meracuni hati-hati yang lemah, dan menggerus nilai-nilai Islam yang agung. 

Maka sudah saatnya kita menyadari: konten halal harus viral. Bukan hanya harus ada, tapi harus berjuta-juta kali dishare, dibagikan, disebarluaskan dengan semangat jihad digital.

Ini bukan sekadar wacana. Ini seruan hati nurani. Jika kita mengaku cinta Islam, maka cinta itu harus diwujudkan dengan amal. Media sosial hari ini adalah medan perang yang nyata. Tapi bukan dengan senjata, melainkan dengan narasi, gambar, video, dan tulisan

Maka siapa pun yang menyebarkan kebaikan, sejatinya sedang memegang pedang cahaya di tengah medan gelap penuh fitnah. Jangan remehkan satu share-mu, satu repost-mu, satu klik-mu. 

Bisa jadi dari satu konten yang kau sebarkan, hati seseorang tergerak menuju kebaikan. Dan dari situlah pahala jariyah mengalir deras—bahkan saat kau telah tiada.

Dunia Butuh Konten yang Mencerahkan

Dunia sedang sakit. Akhlak merosot. Kebodohan dianggap kebebasan. Dosa dibungkus seni. Aurat dibungkus trend. Ketika konten penuh maksiat disebar berjuta kali, kita justru diam, malas, dan sibuk menjadi penonton. 

Padahal ada jutaan konten halal—tentang Islam, ilmu, motivasi, akhlak mulia, kisah inspiratif, dan nilai-nilai Qurani—yang hanya dibaca segelintir orang karena tidak diviralkan. Ini ironi. Ini musibah!

Sungguh, ini bukan soal siapa yang bisa membuat konten, tapi siapa yang mau menyebarkannya. Kita tidak dituntut harus jadi ustaz, pendakwah, atau influencer besar. Tapi kita dituntut untuk peduli

Sekecil apa pun kontribusimu dalam menyebarkan kebaikan, itulah bagian dari dakwah. Bagaimana mungkin kita ingin hidup dalam masyarakat yang baik, tapi enggan menyebarkan konten yang memperbaikinya?

Media Sosial: Senjata Ganda

Media sosial adalah alat. Ia bisa menjadi jalan ke surga, atau pintu ke neraka. Semua tergantung bagaimana kita menggunakannya. Jika kita pakai untuk menyebarkan hal-hal tak bermoral, nyinyiran, gosip, dan permusuhan, maka kita sedang menggali jurang sendiri. 

Tapi jika kita pakai untuk menyebarkan ilmu, nasihat, ayat-ayat Al-Qur’an, hadits Nabi, kisah sahabat, inspirasi hijrah, dan ajakan taat, maka kita sedang menanam pohon kebaikan yang buahnya akan terus berbuah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)

Bayangkan, hanya karena membagikan sebuah video kajian, atau kutipan ayat, atau potongan nasihat singkat—lalu ada orang yang tergerak untuk berubah—kita mendapatkan pahala yang sama, meski kita hanya duduk di rumah. Betapa murahnya pahala di era digital ini, tapi betapa sedikit yang mengaisnya.

Saatnya Bangkit: Jadi Mujahid Medsos

Ini waktunya. Jangan lagi menjadi netizen pasif. Jangan hanya jadi penonton. Jadilah mujahid medsos yang ikhlas, lillah, konsisten. Anggap tiap share adalah tembakan dakwah. Anggap tiap repost adalah lemparan cahaya ke hati orang lain. 

Jangan hiraukan siapa yang melihat. Fokuslah pada niat untuk menyebar kebaikan. Karena Allah tak pernah menilai dari hasil viralnya, tapi dari keikhlasan dan usaha kita.

Setiap tulisan yang bermanfaat, setiap nasihat yang mencerahkan, setiap gambar yang menggugah iman, dan setiap video yang menginspirasi—harus lebih banyak tersebar dibandingkan konten haram yang memalukan. 

Kita tak boleh kalah oleh mereka yang menyebar kebatilan dengan semangat, sementara kita hanya menonton sambil berkata, “Semoga Allah membalas mereka.” Doa saja tidak cukup. Aksi nyatamu dibutuhkan!

Jangan Malas, Jangan Diam

Malas menyebar kebaikan adalah bentuk kelemahan iman. Diam di tengah kerusakan adalah bentuk pembiaran. Kita bukan hanya akan ditanya atas apa yang kita lakukan, tapi juga atas apa yang tidak kita lakukan. Apakah kita membiarkan kegelapan menang, hanya karena kita tidak menyalakan cahaya kecil?

Sadarilah, di era digital ini, setiap orang bisa berdakwah. Cukup dari ponselmu. Cukup dari hatimu yang peduli. Jangan tunggu sempurna. Jangan tunggu banyak followers. Jangan tunggu jadi ustaz. 

Mulailah dari satu konten hari ini. Lalu jadikan kebiasaan. Jadikan ladang amal. Karena kita tak tahu, mungkin satu konten halal yang kita viralkan hari ini, menjadi penyelamat kita di akhirat kelak.

Jadikan Medsos Ladang Amalmu

Saudaraku, di tengah hiruk-pikuk dunia digital, jadilah penebar cahaya. Jadilah pejuang kebaikan. Jadilah pahlawan konten halal. Jangan biarkan medsos hanya menjadi kuburan waktu, tapi jadikan ia kebun amal yang terus tumbuh subur.

Ingatlah, setiap kali seseorang tersentuh hatinya karena konten yang kau sebarkan, setiap kali seseorang tersadar dan berubah, setiap kali seseorang menangis karena merasa tersapa oleh dakwah digitalmu—pahala itu mengalir ke akun amalmu, bahkan setelah kau wafat.

Mari viralkan konten halal. Mari jadi bagian dari gelombang perubahan. Mari jadi mujahid medsos. Jangan menunggu dunia berubah. Jadilah yang mengubah dunia. 

“Siapa yang menyebarkan kebaikan, ia tak akan pernah rugi. Siapa yang menyebarkan cahaya, ia tak akan pernah tenggelam dalam gelap.”[BA]