Muslimah hebat, adalah muslimah yang banyak sujud
PELITA MAJALENGKA - Di balik sosok muslimah yang tangguh, bijaksana, dan bersinar dengan cahaya iman, tersimpan rahasia besar yang tak banyak disadari orang: sujud yang khusyuk.Bukan harta, bukan tahta, bukan gelar dunia yang mengangkat derajat seorang wanita, tetapi kedekatannya dengan Allah yang lahir dari hati yang tunduk dan jiwa yang merendah dalam sujud.
Di sanalah titik awal kekuatan seorang muslimah sejati dibentuk—di tempat paling sunyi, paling sakral, dan paling jujur: sajadah dan air mata.
Sujud yang khusyuk adalah tempat curahan hati yang paling dalam. Di saat dunia menekan dari segala arah, di sanalah seorang muslimah menemukan ketenangan. Ia tak hanya bersujud dengan dahi menyentuh bumi, tetapi juga dengan hati yang luruh kepada Ilahi.
Ia menangis, mengadu, memohon, dan menyerahkan segalanya pada Sang Maha Pengasih. Dari sana, lahir keteguhan iman dan ketenangan jiwa yang tidak bisa dibeli oleh dunia.
Muslimah yang tumbuh dari sujud yang khusyuk tidak mudah gentar oleh rintangan. Ia kuat bukan karena tak pernah rapuh, tetapi karena setiap kali ia jatuh, ia bangkit kembali dengan doa dan keyakinan.
Ia tahu bahwa Allah selalu mendengar, dan sujudnya adalah jalan untuk terus tersambung dengan harapan yang tak pernah putus. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, ia memilih untuk tetap setia pada waktu-waktu salat, seakan dunia bisa berhenti selama ia bercengkerama dengan Rabb-nya.
Ia tidak butuh pengakuan manusia untuk merasa berarti. Ia cukup tahu bahwa Allah Maha Melihat usahanya, air matanya, dan keteguhannya. Ketika dunia memperolok hijabnya, ia memperindahnya dengan kesabaran.
Ketika orang meremehkan langkahnya, ia tetap melangkah dengan keyakinan karena ia berjalan bersama doa. Ia tahu, menjadi muslimah bukan sekadar identitas, tapi perjalanan menuju surga yang diawali dari sajadah yang basah oleh air mata.
Muslimah yang lahir dari sujud yang khusyuk tidak merasa lemah karena menjadi wanita. Justru di situlah kekuatannya. Ia tahu, Allah menciptakannya bukan untuk menjadi penonton, tapi untuk menjadi pejuang.
Bukan pejuang yang membawa senjata, tetapi membawa cinta, kesabaran, ilmu, dan akhlak yang menyejukkan dunia. Dalam diamnya, ada kekuatan. Dalam doanya, ada perubahan. Dalam sujudnya, ada peradaban.
Dalam sujud yang khusyuk, seorang muslimah belajar untuk mencintai tanpa menggenggam, memberi tanpa berharap, dan berjuang tanpa pamrih. Ia melatih jiwanya untuk ikhlas dan menyerahkan hasil kepada Allah.
Ia belajar bahwa kekuatan bukan terletak pada suara yang lantang, tetapi pada kesabaran yang tidak pernah lelah. Ia memilih taat dalam keheningan, dan Allah membalasnya dengan kemuliaan yang tidak semua orang bisa lihat, tapi terasa dalam jiwa.
Sujudnya adalah ruang rahasia antara dirinya dan Tuhan. Di sana, ia tidak perlu berpura-pura kuat. Ia bisa menangis sepuasnya tanpa takut dihakimi. Dan ketika ia bangkit dari sujud, ia bukan lagi wanita yang sama.
Ia lebih tenang, lebih kuat, lebih yakin. Ia tahu bahwa setiap masalah punya jalan keluar, dan setiap luka ada obatnya. Ia meyakini bahwa tidak ada doa yang sia-sia di hadapan Allah, bahkan yang hanya terucap lewat desah napas.
Muslimah hebat bukan yang tak pernah jatuh, tapi yang tahu ke mana harus kembali saat terjatuh. Ia tidak membanggakan dirinya, tapi ia bangga menjadi hamba Allah.
Ia tahu, bahwa sujud yang khusyuk adalah sekolah kehidupan paling agung, tempat semua ilmu kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan spiritual diajarkan langsung oleh Sang Maha Kuasa.
Wahai muslimah, jika engkau ingin menjadi cahaya di tengah gelapnya zaman, mulailah dari sujud yang khusyuk. Bangun malam untuk salat tahajud, basahi sajadahmu dengan air mata doa, dan panjatkan segala harapmu kepada Dia yang tak pernah mengecewakan. Di situlah awal lahirmu sebagai muslimah hebat. Bukan karena dunia mengenalmu, tapi karena langit mencintaimu.[BA]