Adab Bermedsos, Ketika Cuek Membalas WA


PELITA MAJALENGKA - 
Di era digital seperti sekarang, media sosial menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Setiap orang seolah punya “panggung” sendiri, tempat mengekspresikan diri, berbagi kabar, hingga menyampaikan opini. 

Salah satu platform yang paling banyak digunakan untuk komunikasi adalah WhatsApp (WA). Grup keluarga, komunitas, kerjaan, hingga chat pribadi (japri), semuanya hidup dan aktif di sana.

Namun, ada satu fenomena yang cukup sering terjadi dan mulai mengusik etika dalam bermedsos, yaitu sikap cuek saat membalas pesan. Anehnya, orang yang cuek membalas WA ini justru sangat aktif di media sosial. 

Tiap hari update status, story penuh, komentar sana-sini, tetapi ketika ada pesan penting di WA, apalagi yang bersifat pribadi atau grup, malah tak kunjung dibalas.

Posting Semangat, Membalas Malas

Tidak sedikit yang gemar membagikan berbagai macam konten di media sosial. Dari status motivasi, berita terbaru, foto makanan, hingga curhat ringan soal kehidupan. Story penuh warna, postingan rajin muncul, seolah-olah menunjukkan betapa terhubungnya mereka dengan dunia luar.

Namun ironisnya, ketika ada seseorang yang menyapa lewat japri—mungkin ingin bertanya, berkabar, atau membutuhkan bantuan—pesan tersebut dibiarkan mengambang. Bahkan di grup yang mereka ikuti, kadang hanya membaca tanpa pernah memberi respon, atau lebih parah, tidak membaca sama sekali.

Ini bukan soal kemampuan teknologi atau waktu. Buktinya, mereka bisa meluangkan waktu untuk update story, berselancar di Instagram, atau scroll TikTok. Tapi entah kenapa, membalas pesan WA terasa seperti pekerjaan paling berat di dunia.

Masalah Etika Digital

Dalam dunia nyata, kita diajarkan untuk menjawab jika ada yang menyapa. Menunduk sopan jika lewat di depan orang, dan memberi respon saat diajak bicara. Sayangnya, adab ini seringkali hilang saat masuk ke dunia digital. Padahal, etika digital sama pentingnya dengan etika sosial.

Membiarkan pesan pribadi tanpa respon, terutama jika sudah dibaca, bisa menimbulkan salah paham. Yang mengirim pesan mungkin merasa diabaikan, tidak dihargai, atau bahkan dianggap tidak penting. Jika hal ini terus terjadi, relasi bisa merenggang, kepercayaan memudar, dan komunikasi pun jadi dingin.

Sibuk Bukan Alasan, Tapi Prioritas

Seringkali orang beralasan, “Maaf belum sempat balas, tadi sibuk.” Tentu, semua orang punya kesibukan. Namun, jika masih sempat memposting story, menonton live TikTok, atau upload reels, maka persoalannya bukan pada waktu, tapi pada prioritas. Orang lain merasa tidak cukup penting untuk direspons, itu intinya.

Padahal, tidak semua pesan membutuhkan jawaban panjang. Terkadang cukup dengan “Baik, nanti saya cek ya,” atau “Terima kasih, saya akan pertimbangkan.” Respon singkat seperti ini sudah cukup menunjukkan bahwa kita peduli, hadir, dan menghargai komunikasi.

Adab Bermedsos Menurut Islam

Islam mengajarkan adab dalam segala hal, termasuk dalam berbicara dan berinteraksi. Allah berfirman:

"Dan ucapkanlah kepada manusia perkataan yang baik." (QS. Al-Baqarah: 83)

Begitu pula dalam dunia maya, kita dituntut untuk bersikap baik dalam interaksi digital. Membalas pesan dengan sopan, tidak mengabaikan sapaan, adalah bagian dari akhlak mulia.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud)

Membalas pesan, termasuk bentuk apresiasi dan rasa terima kasih kepada sesama. Jika kita menghargai orang lain secara digital, itu juga termasuk dalam bentuk syukur kepada Allah.

Jaga Hubungan, Jaga Adab

Tidak membalas pesan memang bukan dosa besar. Tapi jika dilakukan terus-menerus, itu bisa menjadi dosa sosial: memutus tali silaturahmi, membuat orang lain sakit hati, dan menanam bibit prasangka. Apalagi jika yang kita abaikan adalah orang tua, guru, sahabat dekat, atau rekan kerja yang menaruh harapan pada jawaban kita.

Adab bermedsos bukan hanya soal tidak menyebar hoaks, tidak nyinyir, atau menjaga konten. Tapi juga soal menghargai komunikasi, mengelola pesan, dan tidak bersikap acuh tak acuh pada orang-orang di sekitar kita.

Ayo Mulai Perbaiki!

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki sikap. Mulailah dengan hal sederhana:

  • Balas pesan walau singkat, asal sopan.

  • Jika belum bisa memberi jawaban, beri tanda bahwa kita sudah membaca dan akan menanggapi nanti.

  • Jangan terlalu asyik di panggung medsos, hingga lupa menyapa yang mengetuk pintu pribadi kita.

Ingat, komunikasi digital mencerminkan kepribadian kita. Jangan sampai orang melihat kita sebagai pribadi yang aktif bersosial tapi pasif dalam menjalin hubungan. Karena yang dinilai bukan hanya apa yang kita posting, tapi juga bagaimana kita merespon orang lain.[]