Membangun Diskusi Bermutu dan Terarah

Diskusi tak bermutu biasanya ditandai oleh adu argumen yang tak kunjung usai

PELITA MAJALENGKA - Betapa sering kita terjebak dalam diskusi yang hanya memuaskan ego, tanpa arah dan makna. Kata-kata berhamburan, tapi tak satupun membawa solusi. Diskusi seperti ini hanya membuang waktu dan energi. Padahal, potensi ide luar biasa bisa lahir dari obrolan yang bernas dan terstruktur.

Diskusi tak bermutu biasanya ditandai oleh adu argumen yang tak kunjung usai. Semua bicara, tapi tak satu pun benar-benar mendengarkan. Tidak ada kesimpulan, tidak ada perubahan, hanya debat yang melelahkan. Inilah tanda pertama, ketika diskusi kehilangan niat mulianya.

Ciri kedua, diskusi tak bermutu sering menjelma jadi ajang pamer kecerdasan. Setiap orang merasa paling benar, paling tahu, dan paling pantas didengar. Tidak ada kerendahan hati untuk menerima pendapat lain. Diskusi berubah jadi adu gengsi, bukan ajang saling mengisi.

Ciri ketiga, diskusi tak terarah biasanya tidak dimulai dengan niat dan tujuan yang jelas. Tema kabur, arah tak menentu, dan hasilnya pun nihil. Seperti perahu tanpa kompas, diskusi itu hanya terombang-ambing oleh gelombang emosi. Akhirnya, hanya menyisakan lelah dan kecewa.

Sebaliknya, diskusi yang bermutu selalu dimulai dari niat yang lurus dan jelas. Para pesertanya hadir bukan untuk menang, tapi untuk mencari titik temu. Ada keikhlasan untuk saling mendengar dan menghargai. Inilah diskusi yang menghidupkan akal dan menenangkan hati.

Menurut para pakar, diskusi bermutu memiliki arah yang terstruktur dan terukur. Ada kerangka, ada rambu, dan ada tujuan yang disepakati sejak awal. Setiap argumen dibangun dengan data, bukan hanya rasa. Diskusi seperti ini menjadi wahana tumbuhnya ide-ide besar.

Ciri penting lainnya adalah adanya moderator yang mengarahkan diskusi dengan bijak. Ia bukan penguasa forum, tapi penjaga irama agar tetap harmonis. Dengan panduan yang terarah, diskusi bisa berjalan tanpa tersesat dalam emosi. Maka hasilnya pun menjadi lebih konkret dan bermanfaat.

Ciri ketiga, diskusi yang bermutu membuka ruang bagi setiap suara, bukan hanya yang vokal. Tidak ada yang dimatikan, tidak ada yang dimonopoli. Keberagaman pendapat dihormati sebagai kekayaan, bukan ancaman. Di sinilah lahir kebijaksanaan dari kolaborasi, bukan dominasi.

Untuk membangun diskusi bermutu, mulailah dengan menyiapkan tema dan output yang jelas. Lalu bentuklah budaya mendengar sebelum berbicara. Jangan lupa untuk menjaga adab dan sikap saling menghormati. Dan pastikan setiap diskusi ditutup dengan kesimpulan yang dirumuskan bersama.

Diskusi sejatinya adalah latihan menjadi manusia yang lebih bijak dan rendah hati. Bukan siapa yang menang, tapi siapa yang paling banyak belajar. Mari kita ubah diskusi dari ajang beradu ego menjadi ruang tumbuhnya kesadaran. Karena dari diskusi yang bermutu, lahirlah peradaban yang maju.[BA]