Allah Ciptakan Herba Bukan Sia-Sia: Saatnya Kembali ke Fitrah

Aneka herba adalah ciptaan Allah untuk hamba-Nya
PELITA MAJALENGKA - Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan Dia menurunkan dari langit air hujan, lalu dengan itu Kami tumbuhkan segala macam tumbuh-tumbuhan...” (QS. Luqman: 10). Ayat ini menegaskan bahwa tumbuhan, termasuk herba, bukanlah ciptaan yang sia-sia. Di balik daun, akar, biji, dan bunga, tersimpan rahasia penyembuhan yang mengagumkan. Sayangnya, banyak manusia melupakan karunia ini dan lebih memilih racikan sintetis yang sering kali membawa efek samping.

Herba adalah fitrah yang Allah ciptakan untuk menjaga keseimbangan tubuh manusia. Ilmu kedokteran modern pun semakin banyak membuktikan khasiat herba melalui penelitian ilmiah. Jahe misalnya, terbukti mengandung gingerol yang mampu mengurangi peradangan dan memperbaiki pencernaan. Kunyit dengan kurkumin-nya berfungsi sebagai antioksidan kuat yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.

Ketika kita sakit, sebenarnya tubuh sedang memberi sinyal bahwa ia kehilangan keseimbangan. Dalam Islam, penyakit bukan sekadar derita, tetapi juga ujian serta panggilan untuk kembali pada Allah dan menjaga amanah tubuh. Herba hadir sebagai perantara penyembuhan yang penuh keberkahan. Rasulullah SAW sendiri telah mencontohkan penggunaan madu, habbatus sauda, dan minyak zaitun sebagai obat alami.

Sains modern menemukan bahwa habbatus sauda mengandung thymoquinone, zat aktif yang mampu meningkatkan sistem imun. Minyak zaitun terbukti menyehatkan jantung, menurunkan kolesterol jahat, dan mencegah kanker. Madu memiliki sifat antibakteri alami yang mempercepat penyembuhan luka serta memperkuat energi. Bukankah ini bukti nyata bahwa setiap ciptaan Allah menyimpan hikmah yang tak ternilai?

Kembali ke herba berarti kembali menghargai alam dan ciptaan Allah. Bukan berarti menolak medis modern, tetapi menyeimbangkannya dengan pengobatan alami yang lebih lembut bagi tubuh. Obat sintetis bekerja cepat, namun sering meninggalkan residu yang melemahkan organ. Sementara herba, jika digunakan dengan tepat, bekerja selaras dengan mekanisme tubuh manusia.

Sebagai muslim, kita diajarkan untuk memilih yang halal, thayyib, dan bermanfaat. Mengonsumsi herba adalah bentuk ikhtiar menjaga tubuh agar tetap sehat sesuai perintah Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya” (HR. Bukhari). Hadis ini menguatkan keyakinan bahwa solusi dari penyakit bisa jadi telah lama tersedia di sekitar kita, hanya saja kita sering mengabaikannya.

Pola hidup modern sering kali menjauhkan kita dari alam. Makanan instan, minuman bersoda, hingga obat-obatan kimia membuat tubuh semakin rapuh. Padahal tubuh diciptakan untuk bersinergi dengan makanan alami dan herba. Mengganti minuman berpengawet dengan air jahe hangat, misalnya, bisa menjadi langkah kecil kembali ke fitrah yang menyehatkan.

Kesehatan bukan hanya soal tubuh, tapi juga soal jiwa. Herba yang ditanam dan diolah dengan penuh kesadaran sering kali membawa energi positif bagi yang mengonsumsinya. Bayangkan meneguk teh daun bidara sambil berzikir, maka bukan hanya tubuh yang segar, hati pun menjadi tenang. Inilah keseimbangan holistik yang diajarkan Islam.

Kini, dunia kedokteran sudah mulai membuka mata terhadap terapi komplementer berbasis herba. WHO bahkan mendorong negara-negara untuk mengembangkan pengobatan tradisional karena terbukti efektif dan murah. Indonesia sendiri kaya akan tanaman herbal seperti temulawak, sambiloto, dan daun kelor yang penuh khasiat. Sayangnya, kekayaan ini sering lebih dihargai oleh dunia luar ketimbang oleh bangsa kita sendiri.

Setiap muslim seharusnya memandang herba sebagai nikmat Allah yang harus dimanfaatkan. Tidak ada yang Allah ciptakan dengan sia-sia, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an. Menolak herba sama saja mengabaikan hikmah yang telah Allah titipkan pada alam. Dengan memanfaatkannya, kita bukan hanya menjaga tubuh, tapi juga menjaga lingkungan dari polusi bahan kimia.

Waktu telah tiba untuk kembali ke fitrah dengan mendekatkan diri pada herba. Mulailah dari hal sederhana: menambahkan madu dalam sarapan, minum rebusan jahe ketika lelah, atau mengonsumsi habbatus sauda secara rutin. Kebiasaan kecil ini bisa menjadi investasi kesehatan jangka panjang. Sehat bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk lebih banyak beribadah kepada Allah.

Akhirnya, kita harus menyadari bahwa kesehatan sejati adalah ketika tubuh, pikiran, dan ruh bersatu dalam kebaikan. Herba adalah sahabat yang mengingatkan kita untuk hidup sederhana, alami, dan penuh syukur. Setiap kali menanam atau mengonsumsi herba, ingatlah bahwa kita sedang bersentuhan dengan rahmat Allah. Saatnya kembali ke fitrah, karena Allah tidak menciptakan apa pun kecuali dengan tujuan yang agung.[BA]