Cermin Malam


PELITA MAJALENGKA
- Malam selalu punya caranya sendiri untuk berbicara kepada jiwa-jiwa yang lelah. Saat cahaya mulai surut dan hiruk-pikuk dunia mengendap, hati kita seperti dipaksa bercermin. Tidak kepada bayangan, tapi kepada hakikat diri—yang sering luput di siang hari.

Dalam hening malam, semua topeng perlahan-lahan tanggal. Tidak ada yang bisa ditutupi dari Allah. Ambisi, kepura-puraan, kelalaian, dan rasa bersalah, semua muncul ke permukaan. Maka tak heran, banyak air mata tumpah di tengah malam. Bukan karena lemah, tetapi karena sadar—bahwa selama ini kita terlalu jauh berjalan tanpa arah.

Cermin malam mengajak kita menoleh ke belakang, bukan untuk menyesali masa lalu, tapi untuk memetik hikmah dan membenahi yang masih bisa diperbaiki. Ia bukan penghakim yang kejam, melainkan sahabat setia yang mengingatkan: "Masih ada waktu untuk pulang, selama engkau masih bernapas."

Betapa banyak dari kita yang sibuk mengejar dunia di siang hari, tapi lupa menenangkan jiwa di malam hari. Padahal malam adalah saat paling sunyi untuk mendekat kepada Tuhan. Nabi Muhammad ﷺ bahkan menjadikan malam sebagai waktu utama bermunajat, menangis, dan memohon ampunan. Itulah mengapa qiyamul lail adalah ibadah yang sangat mulia—karena ia dilakukan di waktu yang hanya bisa disentuh oleh keikhlasan.

Malam adalah ruang refleksi. Ia tidak menghakimi, tapi menuntun. Ia tidak menggurui, tapi menyadarkan. Lewat kesunyian, kita belajar mendengar suara hati—suara yang selama ini tenggelam oleh kebisingan dunia. Lewat gelap, kita belajar menghargai cahaya sekecil apa pun.

Setiap malam yang Allah hadirkan, sejatinya adalah peluang untuk kembali kepada-Nya. Bukan hanya kembali secara ritual, tetapi juga secara spiritual dan emosional. Kita diajak menata ulang niat, meluruskan langkah, dan menyandarkan diri sepenuhnya kepada-Nya.

Terkadang kita butuh gagal untuk bersyukur. Butuh kehilangan untuk menghargai. Butuh malam untuk sadar, bahwa siang tak selalu menjanjikan terang jika tak ada cahaya dari dalam hati.

Cermin malam bukanlah tempat untuk terus-menerus menyalahkan diri sendiri, melainkan untuk menemukan kembali arah dan makna hidup. Mungkin kita tidak sempurna. Mungkin kita sering lupa. Tapi Allah Maha Menerima taubat dan Maha Menyayangi hamba-Nya yang ingin memperbaiki diri.

Jangan sia-siakan malam hanya untuk tidur. Gunakan ia sebagai ruang untuk berdialog dengan diri sendiri, dan lebih dari itu—berdialog dengan Allah. Sebab sebaik-baik kesendirian adalah ketika hati kita hanya terhubung dengan-Nya.

Malam tak akan selamanya gelap. Jika kita mampu bercermin dengan jujur, pagi akan menyambut kita dengan wajah baru—wajah yang lebih tenang, lebih kuat, dan lebih dekat dengan Tuhan.[]