PELITA MAJALENGKA - Ada harapan yang tumbuh di lereng pegunungan Majalengka, tepatnya di Desa Sadawangi, Kecamatan Lemahsugih. Sebuah desa yang dahulu hanya dikenal lewat kabut pagi dan dekat dengan Gunung Cakrabuana itu, kini perlahan bangkit menjadi contoh pemberdayaan desa yang menginspirasi.
Di bawah kepemimpinan seorang putra daerah, Parman Suryana, Sadawangi mengukir langkah-langkah strategis menuju kemandirian ekonomi melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Abadi Mandiri”.
Momentum penting kembali tercatat pada 29 April 2024. Balai Desa Sadawangi dipenuhi antusiasme warga dan pengelola desa yang hadir dalam pelatihan peningkatan kapasitas BUMDes. Tak tanggung-tanggung, dua narasumber ternama dihadirkan: Tim Ahli Kabupaten dan Yosep, Ketua BUMDes Gunung Kuning—tokoh yang sukses membawa desanya meraih Juara 2 Desa Wisata Nasional berkat ikon Situ Ciapanten.
Namun, pelatihan ini bukan sekadar agenda rutin. Ia adalah cermin dari harapan dan tekad untuk menjadikan Sadawangi lebih berdaya, lebih mandiri, dan lebih bermakna.
“Kami ingin belajar, meniru, dan menyesuaikan strategi sukses desa lain, tapi bukan untuk menjadi bayangan. Kami ingin Sadawangi punya jalannya sendiri,” ungkap Parman, dengan mata yang menyorotkan optimisme.
Menata Asa, Membangun dari Akar
Sejak 2022, Sadawangi telah berbenah. Melalui kebijakan Peraturan Kepala Desa (Perkades), berbagai aset strategis desa—yang selama ini tidur tanpa kontribusi berarti—mulai dihidupkan kembali. Pasar mingguan, lahan produktif, potensi wisata, bahkan distribusi sembako, kini semua berada di bawah pengelolaan profesional BUMDes Abadi Mandiri. Hasilnya mulai tampak: pendapatan asli desa (PADes) meningkat, perputaran ekonomi warga menggeliat, dan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan desa pun tumbuh kuat.
Lebih dari angka dan grafik, perubahan ini terasa dalam kehidupan warga sehari-hari. Petani yang dulu menjual hasil bumi lewat tengkulak, kini bisa bermitra langsung lewat unit usaha BUMDes. Ibu-ibu rumah tangga mendapat pelatihan keterampilan dan peluang usaha. Generasi muda mulai melihat desa bukan lagi sebagai tempat yang harus ditinggalkan, tapi tempat yang layak untuk dibangun.
Pengakuan di Tengah Perjuangan
Langkah Sadawangi tak hanya dipandang oleh warganya sendiri. Pada 2024, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat menetapkan Sadawangi sebagai Desa Terbaik ke-3 dalam pengelolaan aset desa. Sebuah pengakuan yang tak datang tiba-tiba, tapi hasil dari konsistensi, transparansi, dan keberanian mengambil keputusan.
“Ini bukan tentang juara atau piagam,” kata Parman lirih. “Ini tentang harga diri desa. Tentang membuktikan bahwa desa kecil di kaki gunung pun bisa berkontribusi besar untuk negeri.”
Menyulam Mimpi: Desa Wisata Edukatif
Pertemuan dengan Yosep dari Gunung Kuning membuka cakrawala baru. Sadawangi memiliki semua unsur yang dibutuhkan untuk menjadi desa wisata: lanskap alam yang asri, udara sejuk, budaya Sunda yang hidup, serta warga yang ramah dan hangat. Visi besar pun disusun: menjadikan Sadawangi sebagai desa wisata edukatif dan berkelanjutan.
“Kalau Situ Ciapanten bisa, kenapa kita tidak?” celetuk seorang pemuda desa penuh semangat.
Langkah-langkah pun mulai dirintis. Pelatihan kepariwisataan, revitalisasi kesenian tradisional, hingga pengembangan homestay berbasis rumah warga menjadi bagian dari agenda BUMDes ke depan. Harapan mereka bukan sekadar menerima wisatawan, tapi membagikan cerita tentang desa yang berdaya karena bersatu.
Sebuah Awal, Bukan Akhir
Pelatihan ini mungkin hanya berlangsung sehari, tapi semangat yang ditinggalkannya akan terus membara. Sadawangi sedang dalam perjalanan panjang menuju masa depan yang lebih baik—bukan karena bantuan luar, tetapi karena tekad warganya sendiri. Dan di balik semua itu, berdiri sosok Parman Suryana—pemimpin yang lahir dari tanah desa, dan memilih untuk kembali membesarkannya.
Sadawangi mengajarkan satu hal: bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tempat kecil, asal disertai niat yang tulus, kerja keras, dan cinta terhadap tanah kelahiran. BUMDes Abadi Mandiri bukan hanya lembaga ekonomi, tapi jantung baru desa yang berdetak membawa kehidupan.[Ba]