PELITA MAJALENGKA - Madrasah ibtidaiyah (MI) bukan sekadar tempat anak-anak belajar membaca, menulis, dan berhitung. Ia adalah titik awal lahirnya generasi Rabbani, calon pemimpin masa depan yang akan mengubah dunia.
Namun, mari kita jujur: masih banyak MI yang tertinggal. Bangunannya kusam, pengajarnya pasrah, manajemennya statis, dan visinya kabur. Apakah kita rela generasi kita tumbuh dari ruang-ruang pendidikan yang tak bermutu?
Sudah saatnya MI bangkit, berdiri sejajar—bahkan melampaui—sekolah-sekolah umum lainnya. MI harus menjadi pilihan utama, bukan alternatif terakhir. MI harus unggul, kompetitif, dan inspiratif. Tapi bagaimana?
Berikut 10 langkah praktis dan revolusioner yang bisa mengubah wajah MI menjadi pusat keunggulan dan peradaban:
1. Tanamkan Visi Besar: MI Mencetak Generasi Khalifah
Bukan sekadar mendidik anak bisa salat dan baca Al-Qur’an. MI harus punya visi besar: mencetak generasi khalifah fil ardh—pemimpin di muka bumi. Visi ini bukan klise. Ia harus menjadi napas setiap guru, kepala sekolah, komite, hingga wali murid. Tanpa visi besar, MI hanya akan berjalan di tempat. Bangun MI dengan keyakinan: dari sinilah lahir ulama masa depan, teknokrat jujur, pemimpin yang amanah, dan intelektual yang taat.
2. Bangun Budaya Disiplin dan Integritas
Tanpa kedisiplinan, ilmu hanya akan jadi hiasan. Madrasah harus menanamkan budaya tepat waktu, jujur, dan bertanggung jawab. Guru datang lebih awal dari siswa. Siswa dibiasakan tertib sejak dini. Kepala madrasah menjadi teladan integritas, bukan sekadar pejabat administratif. MI unggul bukan hanya karena nilai UN tinggi, tetapi karena karakternya kokoh.
3. Upgrade Guru Jadi Inspirator, Bukan Sekadar Pengajar
Guru MI bukan hanya penyampai materi. Mereka adalah pembentuk peradaban. Maka, hentikan praktik mengajar monoton yang membunuh semangat anak. Latih guru dengan pelatihan inovatif, dorong mereka aktif menulis, mengisi seminar, dan terus belajar. MI akan hebat jika gurunya juga hebat. Tak ada MI maju dengan guru pasrah dan seadanya.
4. Aktifkan Manajemen Profesional dan Berorientasi Kinerja
Cukup sudah MI dikelola dengan gaya priyayi dan santai. Dunia berubah cepat. Madrasah harus diurus dengan prinsip manajemen modern: ada target, ada evaluasi, ada reward dan punishment. Kepala madrasah harus jadi manajer, bukan hanya petugas administratif. Rapat harus produktif, bukan formalitas. Setiap program harus berdampak nyata, bukan sekadar menggugurkan kewajiban.
5. Ciptakan Branding Kuat: MI Bukan Sekadar Sekolah Agama
MI harus punya identitas yang unik dan kuat. Jadikan MI dikenal karena kualitasnya, bukan karena murahnya. Publikasikan prestasi siswa. Aktif di media sosial. Buat slogan yang menggugah dan mudah diingat. “Madrasah Hebat, Bermartabat” bukan sekadar jargon, tapi harus terasa sampai ke jantung masyarakat.
6. Jadikan Al-Qur’an Sebagai Pusat Pembelajaran
MI harus menjadikan Al-Qur’an sebagai fondasi. Bukan hanya hafalan, tapi juga tadabbur dan pengamalan. Integrasikan nilai-nilai Qur’ani dalam setiap pelajaran: Matematika, IPA, Bahasa, hingga IPS. MI yang unggul bukan hanya mencetak penghafal, tapi pengamal. Anak yang hatinya bercahaya dengan Qur’an akan tumbuh menjadi insan mulia.
7. Bangun Kemitraan Strategis dengan Masyarakat dan Dunia Usaha
MI tidak bisa berdiri sendiri. Libatkan komite, alumni, tokoh masyarakat, dan dunia usaha. Buat program bersama, donasi rutin, kegiatan sosial, dan penguatan literasi keuangan. MI yang kuat memiliki jejaring kuat. Jangan alergi dengan dunia luar. Justru sinergi adalah kunci kemajuan.
8. Kembangkan Literasi dan Numerasi sebagai Pilar Akademik
Kemajuan tidak akan diraih jika anak didik masih lemah dalam baca tulis dan berhitung. Jadikan literasi dan numerasi prioritas. Buat pojok baca di tiap kelas. Adakan lomba menulis, jurnal kecil siswa, kelas matematika kreatif. Ajak siswa senang belajar, bukan terpaksa. MI harus menjadi tempat anak-anak menggali potensi akademik dengan semangat, bukan ketakutan.
9. Revolusi Ekstrakurikuler: Lebih dari Sekadar Formalitas
Ekstrakurikuler bukan pelengkap, tapi ladang pembentukan karakter. Bangun ekskul yang hidup dan terencana. Panahan, tahfidz, jurnalistik, pramuka, sains club, bahasa Arab, bahasa Inggris, robotic Islami—jadikan ekstrakurikuler sebagai kebanggaan. MI yang unggul melatih anak untuk mandiri, kreatif, dan kolaboratif sejak dini.
10. Evaluasi Berbasis Cinta dan Perbaikan Berkelanjutan
MI unggul bukan berarti MI sempurna. Justru MI harus terus mengevaluasi dirinya. Tapi evaluasi harus berbasis cinta, bukan caci maki. Bangun budaya muhasabah—introspeksi dalam suasana yang menumbuhkan. Lakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Jadikan setiap kegagalan sebagai bahan bakar untuk melompat lebih tinggi.
Ini Bukan Pilihan, Tapi Kewajiban
Kita tidak sedang berbicara tentang opsi. Ini adalah amanah peradaban. Jika MI tidak unggul, maka generasi kita akan tumbuh dalam ketertinggalan. Jika MI hanya menjadi tempat menunggu waktu, maka masa depan akan dihuni oleh mereka yang tak punya pijakan nilai.
Madrasah, bangkitlah! Jadilah pelopor, bukan pengekor. Jadilah penggerak perubahan, bukan korban keadaan. Jadilah pusat cahaya di tengah gelapnya zaman. Karena dari rahim MI yang unggul, lahir peradaban yang agung.
Dan itu harus dimulai dari sekarang. Bukan nanti. Bukan besok. Tapi SEKARANG. [BA]