Oleh Bahron Ansori
Waktu terus berjalan. Ia tidak
pernah menoleh ke belakang, tidak bisa dihentikan, dan tidak bisa diputar
ulang. Setiap detik yang berlalu adalah bagian dari kehidupan yang tidak akan
pernah kembali. Inilah yang membuat waktu menjadi salah satu nikmat sekaligus
amanah terbesar dari Allah SWT kepada setiap insan. Sayangnya, tak sedikit dari
kita yang lalai, menganggap waktu hanya seperti angin yang berlalu begitu saja,
tanpa pernah benar-benar disyukuri dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Waktu:
Karunia yang Terlupakan
Dalam keseharian, kita sering kali
terjebak dalam rutinitas yang mengalihkan perhatian dari pentingnya waktu.
Bangun pagi, bekerja, makan, bermain gawai, menonton hiburan, tidur, lalu
mengulangi semua itu esok harinya. Tanpa kita sadari, waktu yang sangat
berharga itu perlahan terkikis. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Dua
kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu oleh keduanya: kesehatan dan waktu
luang.” (HR. Bukhari)
Betapa banyak orang menyesal ketika
waktu telah lewat. Saat tubuh sudah lemah, ketika kesempatan sudah tak ada,
barulah mereka sadar betapa berharganya setiap menit yang dulu terbuang
sia-sia. Jangan biarkan penyesalan menjadi akhir dari perjalanan kita.
Sadarilah, bahwa waktu adalah anugerah yang seharusnya kita jaga dengan penuh
rasa tanggung jawab.
Amanah
yang Akan Dimintai Pertanggungjawaban
Waktu bukan sekadar durasi hidup. Ia
adalah amanah. Kelak, kita akan dimintai pertanggungjawaban atas bagaimana kita
mengisinya. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang
hamba pada hari kiamat hingga ditanya tentang empat perkara...” Salah
satunya adalah tentang waktu muda yang dihabiskannya untuk apa, dan umurnya
yang digunakan untuk apa. (HR. Tirmidzi)
Bayangkan, kita diberi kehidupan selama
60, 70, bahkan 80 tahun. Tapi jika masa itu hanya diisi dengan kelalaian,
kesia-siaan, dan kesibukan duniawi tanpa nilai ukhrawi, alangkah meruginya
kita. Maka, jangan sia-siakan amanah ini. Gunakan waktu untuk menebar manfaat,
menanam amal, dan mengejar ridha Allah.
Waktu
Tidak Bisa Dibeli atau Ditukar
Kita bisa membeli banyak hal di
dunia ini: rumah, mobil, pakaian, makanan, bahkan perhatian orang. Tapi satu
hal yang tidak akan pernah bisa kita beli adalah waktu. Sekaya apa pun
seseorang, ia tidak bisa membeli tambahan satu menit dari hidupnya. Begitu
waktu berlalu, ia lenyap untuk selamanya.
Itulah mengapa para ulama salaf
sangat menghargai waktu. Imam Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Wahai anak
Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari
berlalu, maka sebagian dari dirimu juga ikut hilang.” Perkataan ini sungguh
menggugah. Setiap hari yang berlalu bukan sekadar penanggalan di kalender, tapi
juga bagian dari nyawa kita yang terus berkurang.
Jangan
Sibuk Tapi Tak Produktif
Banyak orang merasa sibuk, tapi
nyatanya tidak produktif. Mereka merasa lelah setiap hari, tapi tidak tahu
untuk apa. Hanya menjadi bagian dari roda dunia yang berputar cepat tanpa arah.
Ketahuilah, sibuk bukanlah jaminan bahwa kita menggunakan waktu dengan benar.
Ukuran sejatinya adalah seberapa bermanfaat waktu kita, bukan seberapa penuh
aktivitasnya.
Mari evaluasi diri: Apakah waktu
kita diisi dengan belajar? Beribadah? Menolong sesama? Menulis kebaikan?
Menambah ilmu? Atau hanya scroll media sosial berjam-jam tanpa manfaat? Jika
kita ingin menjadi pribadi yang sukses dunia dan akhirat, maka kita harus mengelola
waktu dengan visi dan tujuan, bukan hanya mengisi waktu demi terhindar dari
rasa bosan.
Waktu
Adalah Modal untuk Menjadi Lebih Baik
Tidak ada orang yang lahir langsung
menjadi hebat. Para tokoh besar, penemu, ulama, bahkan pemimpin dunia, semua
mereka membangun prestasi dari waktu yang diisi dengan sungguh-sungguh. Jika
kita ingin berubah, menjadi lebih baik, lebih cerdas, lebih kuat, lebih
bermanfaat — semuanya dimulai dari cara kita menghargai waktu.
Gunakan waktu untuk memperbaiki
akhlak, memperdalam agama, menyusun cita-cita, dan menata hidup. Setiap detik
adalah kesempatan untuk berubah. Jangan tunggu hari esok untuk mulai, karena tidak
ada jaminan kita akan sampai ke hari esok itu.
Bersahabat
dengan Jadwal dan Target
Menghargai waktu bukan sekadar tidak
bermalas-malasan. Ia berarti disiplin terhadap jadwal, tegas pada prioritas,
dan konsisten terhadap target. Orang sukses selalu hidup dengan agenda. Mereka
tahu kapan harus bekerja, kapan belajar, kapan istirahat, dan kapan beribadah.
Buatlah jadwal harian yang seimbang.
Sisihkan waktu untuk Allah, keluarga, ilmu, dan kontribusi sosial. Jangan
menunggu waktu luang untuk berbuat baik, tapi ciptakan waktu dengan perencanaan
yang matang.
Jadikan
Waktu sebagai Ladang Amal
Ingatlah, setiap hari adalah ladang
amal. Tidak harus selalu besar atau spektakuler. Senyuman, sedekah kecil,
menulis kata-kata positif, belajar satu ayat, membantu satu orang — semua itu
bisa menjadi investasi abadi bila dilakukan dengan ikhlas dan terus-menerus.
Coba bayangkan, jika setiap hari
kita menyumbang satu amal baik saja, maka dalam setahun ada 365 amal. Dalam 10
tahun, ada 3.650 amal. Jika semuanya diterima, berapa banyak keberkahan dan
pahala yang akan kita petik?
Bergerak
Sebelum Terlambat
Waktu tidak akan menunggu kita siap.
Ia terus melaju, meninggalkan mereka yang lengah dan hanya disesali oleh mereka
yang menunda. Jangan tunggu pensiun untuk menulis buku. Jangan tunggu tua untuk
memperbaiki diri. Jangan tunggu sakit untuk mencintai sehat. Dan jangan tunggu
ajal untuk menyadari betapa singkatnya hidup.
Mulailah sekarang. Apa pun yang
ingin Anda lakukan, mulailah dari satu langkah kecil hari ini. Karena langkah
kecil yang konsisten akan lebih kuat dampaknya dibanding niat besar yang terus
ditunda-tunda.
Kesuksesan
Butuh Manajemen Waktu
Tidak ada kesuksesan tanpa
kedisiplinan waktu. Setiap orang sukses adalah mereka yang tahu bagaimana mengelola
waktunya. Mereka tidak menunggu motivasi datang, tapi membentuk kebiasaan
positif melalui pengaturan waktu yang disiplin.
Mulailah hari lebih awal. Bangun
pagi, shalat tahajud, membaca Al-Qur’an, merenung sejenak, dan menyiapkan
rencana harian. Disiplin waktu akan menciptakan keunggulan pribadi, membentuk
karakter yang tangguh, dan membuka pintu-pintu keberhasilan.
Waktu
dan Kesempatan Tidak Akan Kembali
Sering kita berkata, "Nanti
saja," "Besok saja," atau "Masih ada waktu." Tapi
siapa yang bisa menjamin bahwa waktu itu benar-benar akan datang? Kematian
datang tiba-tiba. Usia tidak bisa diramal. Maka, jadikan setiap hari sebagai hari
terbaik kita. Jangan tunggu kesempatan datang, tapi ciptakan kesempatan melalui
pemanfaatan waktu yang bijak.
Jadikan Waktu sebagai Teman, Bukan Musuh
Waktu bisa menjadi sahabat terbaik
atau musuh paling kejam. Ia menjadi sahabat ketika kita mengisinya dengan
kebaikan dan amal. Ia menjadi musuh ketika kita membiarkannya berlalu tanpa
makna.
Mari jadikan waktu sebagai sarana
untuk mendekat kepada Allah, memperbaiki diri, mengembangkan potensi, dan
menebar kebaikan. Hidup ini singkat, dan tidak ada yang lebih menyedihkan
daripada seseorang yang hidup tanpa arah, tanpa tujuan, dan tanpa kontribusi.
Mulai hari ini, katakan pada diri
sendiri, "Waktuku adalah amanah. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku
akan menggunakannya untuk menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih dekat
kepada Allah."
Sebab hidup bukan tentang berapa
lama kita hidup, tapi bagaimana kita mengisi waktu yang kita punya.[]