PELITA MAJALENGKA - Di dunia yang semakin cepat bergerak, terkadang kita—para muslimah—larut dalam kesibukan. Aktivitas rumah tangga, pekerjaan profesional, kegiatan sosial, dan impian pribadi, semua berlomba menuntut perhatian.
Ada perasaan bangga saat berhasil menyelesaikan banyak hal dalam satu hari. Tapi, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri: "Apakah semua ini mendekatkan aku kepada Allah atau justru menjauhkan?"
Produktif bukan sekadar sibuk. Kesibukan tidak selalu identik dengan keberkahan. Betapa banyak orang yang terlihat sibuk, namun tidak mendapatkan pahala. Betapa banyak pula yang tampak biasa, tetapi justru menjadi kekasih Allah karena amal-amalnya. Inilah saatnya kita bermuhasabah: Apakah produktivitas kita hanya untuk dunia atau juga sebagai bekal akhirat?
Hidup Ini Bukan Sekadar Berlari
Dunia ini hanya tempat singgah. Allah SWT berfirman, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan...” (Qs. Al-Hadid: 20)
Jika hidup hanya dipenuhi rutinitas tanpa arah ukhrawi, kita ibarat pelari yang terus bergerak, namun lupa ke mana arah tujuan. Sehebat apapun prestasi dunia, jika tak menuntun kita kepada ridha Allah, maka semua itu akan sirna tak bersisa. Produktivitas yang hakiki bukan sekadar menyelesaikan pekerjaan, tetapi memastikan bahwa setiap langkah mengandung nilai ibadah.
Produktif yang Terkoneksi dengan Langit
Muslimah produktif adalah ia yang sibuk di dunia, tapi hati dan pikirannya selalu terhubung dengan langit. Ia berjualan, tapi lisannya tak berhenti berzikir. Ia mendidik anak-anak, tapi niatnya untuk mencetak generasi shalih. Ia mengurus rumah, tapi hatinya bersyukur atas amanah Allah. Ia bekerja di kantor, tapi tak lupa menjaga shalat tepat waktu. Inilah keseimbangan yang sering terlupakan: mengelola dunia tanpa mencampakkan akhirat.
Allah SWT berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia...” (Qs. Al-Qashash: 77)
Ayat ini bukan melarang kita meraih dunia, tetapi mengingatkan agar dunia jangan menenggelamkan kita. Jadikan dunia sebagai ladang amal, bukan tujuan akhir.
Sibuk Tapi Tetap Dekat dengan Allah
Tak ada alasan untuk meninggalkan ibadah karena sibuk. Justru, di tengah kesibukanlah, kualitas iman diuji. Rasulullah Saw. adalah manusia paling sibuk: sebagai pemimpin, suami, ayah, guru, komandan, bahkan pelindung umat. Tapi tidak pernah sekalipun beliau menunda shalat atau lalai dari zikrullah. Apa yang membuat beliau begitu kuat? Karena semua aktivitas beliau diniatkan sebagai ibadah.
Kita pun bisa begitu. Menyapu rumah bisa menjadi ibadah jika diniatkan untuk menjaga kebersihan sebagaimana anjuran Islam. Menulis bisa menjadi ladang pahala jika diniatkan untuk menyebar kebaikan. Bahkan tidur pun bisa bernilai ibadah jika diniatkan agar tubuh kuat untuk bangun malam.
Mengapa Harus Produktif?
Karena waktu adalah amanah. Setiap detik akan ditanya. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang lima perkara: … tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan...” (HR. Tirmidzi)
Jadi, produktif itu bukan sekadar pilihan, tapi kewajiban. Tapi ingat, bukan produktif yang menguras ruhani. Kita harus bijak memilah antara kegiatan yang mendekatkan dan menjauhkan dari Allah. Kadang, kita perlu berkata "tidak" pada aktivitas yang tampak mulia tapi membuat kita jauh dari Al-Qur'an, jauh dari sujud, jauh dari waktu bersama keluarga.
Jadilah Muslimah yang Hadir untuk Dunia, Namun Hatimu Menghadap Akhirat
Wahai muslimah, jangan lelah menebar manfaat. Jangan malu menjadi besar. Tapi pastikan setiap langkahmu ada dalam kerangka iman. Kita bisa menjadi pengusaha sukses, guru inspiratif, penulis berpengaruh, atau ibu rumah tangga penuh cinta—asal semua diniatkan karena Allah.
Mulailah hari dengan doa, lanjutkan dengan ikhtiar terbaik, dan tutup dengan istighfar. Ketika lelah datang, ingat bahwa surga adalah tempat istirahat yang sesungguhnya. Ketika gagal, ingat bahwa penilaian Allah bukan pada hasil, tapi pada usaha dan ketulusan.
Akhirat Tidak Pernah Tertinggal oleh Mereka yang Selalu Mengingatnya
Jangan takut kehilangan dunia karena memilih akhirat. Dunia akan mengejar mereka yang mengutamakan Allah. Rezeki akan datang pada yang menjaga halal. Kebahagiaan akan hadir bagi yang menjaga niat.
Mari, wahai saudariku, kita isi hari-hari dengan amal terbaik. Jadikan produktivitas kita sebagai jalan menuju ridha Allah. Jangan menunggu waktu luang untuk mendekat kepada-Nya, karena bisa jadi waktu itu tak akan pernah datang.
Setiap hari adalah kesempatan emas untuk memperbaiki niat, menguatkan iman, dan memaksimalkan amal. Jadilah muslimah produktif yang sibuk di bumi tapi rindu kepada langit. Jangan biarkan dunia menjadikan kita lalai, tapi jadikan dunia sebagai sarana menuju keabadian.
Bangkitlah, wahai muslimah, dan pilihlah jalan yang menjadikanmu bercahaya di hadapan manusia dan bercahaya pula di hadapan Allah. Sebab, produktivitas yang sejati bukan hanya dikenal manusia, tapi juga dicintai oleh langit.[BA]